Wednesday, March 15, 2017

Tentang perjalananku menemukan jodoh

"Kalau memang terlihat rumit lupakanlah. Itu jelas bukan cinta sejati kita. Cinta sejati selalu sederhana. Pengorbanan yang sederhana, kesetiaan yang tidak menuntut apapun, dan keindahan yang apa adanya" - Tere Liye.

"Segala sesuatu yang ditakdirkan bersama, maka apapun yang mencegahnya, dia akan menemukan jalan untuk menyatu. Pun sebaliknya, sesuatu yang tidak ditakdirkan bersama, maka apapun yang kita lakukan, dia tidak akan pernah menyatu" - Tere Liye.

Dulu jaman-jaman sebelum nikah (padahal udah pengen nikah), sering sekali membaca tulisannya Tere liye, menurut saya tulisan-tulisannya seringkali bisa memadamkan kegalauan hati waktu itu. Sejujurnya saya setuju sekali dengan quotes Tere Liye yang saya kutip di atas, bahwa cinta sejati selalu sederhana. Sedikit bercerita, dulu saya pertama kali bertemu dengan suami adalah pada pertengahan tahun 2013. Waktu itu saya diajak seorang teman untuk jalan-jalan ke taman wisata mangrove Surabaya beramai-ramai, dan kebetulan teman saya juga mengajak suami saya yang kebetulan adalah temannya juga. Waktu jalan-jalan seharian itu biasa saja sebenarnya, kami (saya dan suami) hampir tidak mengobrol sama sekali, mungkin cuma sekali-sekali saja saya minta difotoin karena waktu itu dia satu-satunya yang membawa kamera. Setelah jalan-jalan sehari itu kami tidak ada hubungan komunikasi sama sekali, hingga pada awal tahun 2014, waktu itu saya berencana mau melamar kerja di perusahaan yang mirip-mirip dengan tempat suami saya bekerja. Karena belum pernah punya pengalaman melamar pekerjaan sebelumnya, oleh teman saya yang juga temannya suami, saya disarankan untuk tanya-tanya ke dia. Bahkan waktu itu yang menginvite-kan bbmnya adalah teman saya karena saya menolak untuk menginvite dengan alasan malu dan 'sungkan'. Syukurlah setelah invite-an bbm saya diterima, suami langsung menyapa duluan, karena semisal waktu itu dia tidak menyapa mungkin saya juga tidak akan pernah nge-bbm dia. 

Singkat cerita, setelah sering bbm-an yang awalnya hanya tanya-tanya seputar job hunting, akhirnya lama-lama kami menjadi cukup dekat untuk keluar (berdua) bareng, atau sekedar makan dan ngobrol singkat saat dia ada pekerjaan ke Malang. Setahun kemudian, di akhir bulan Maret 2015, akhirnya dia mengatakan bahwa dia ingin menjalin hubungan yang lebih serius. Bulan Aprilnya dia minta ijin main ke rumah untuk bertemu dengan kedua orang tua saya, yang mana waktu itu dalam pikiran kami belum ada rencana untuk menikah dalam waktu dekat. Tapi semuanya berubah saat tiba-tiba saya menerima email yang menyatakan bahwa saya diterima beasiswa MEXT untuk studi S3 di Jepang selama 3 tahun. Saya ingat sekali, waktu itu saya langsung mengirim screenshot email pemberitahuannya ke dia, dan jawabannya kurang lebih adalah "Bismillah, berarti ini yang terbaik. InsyaAllah kita bisa melaluinya". 

Bulan Mei-nya saya iseng pengen main ke rumahnya, dan setelah itu di Bulan Juni keluarganya 'main' ke rumah saya sekalian menentukan tanggal pernikahan. Setelah diskusi dengan mempertimbangkan jadwal keberangkatan saya ke Jepang bulan September, akhirnya diputuskan kami akan menikah 2 bulan kemudian di bulan Agustus. Kebayang bagaimana hectic-nya kami waktu menyiapkan semuanya dalam waktu hanya 2 bulan, sedangkan posisinya kami waktu itu LDR berbeda kota? Kami tidak sempat foto prewed, beli segala pernak pernik seserahan hanya dalam waktu sehari, bahkan beli cincin pun langsung beli di toko tanpa pesan terlebih dahulu (makanya cincinnya sampai sekarang masih kebesaran, dan akhirnya saya pakai di jari tengah πŸ˜‚). Terlepas dari semua itu, toh akhirnya kami menikah dengan sukses walaupun semua persiapannya serba mepet dan dadakan. Alhamdulillah...

Jadi benar kan kata-kata-nya bang Tere Liye di atas? 

"If something is destined for you, never in million years it will be for somebody else - Jika sesuatu ditakdirkan untukmu, sampai kapanpun tidak akan pernah menjadi milik orang lain".

Jadi untuk yang sampai sekarang belum menemukan jodohnya, tidak perlu galau, jodoh pasti akan datang di saat yang tepat, di waktu yang terbaik menurut-Nya. Itu janji Allah loh, masa masih ragu?
Atau coba dilihat-lihat lagi di sekitarnya, siapa tau sebenarnya jodoh kalian sudah ada di dekat-dekat kalian, hanya saja kalian belum menyadarinya karena terlalu sibuk memperhatikan yang jauh-jauh. Hehehe..

Sekian, selamat sore menjelang malam di negara bagian Kanazawa :)

Monday, March 13, 2017

Two days in Kyoto

Kyoto merupakan kota yang pernah menjadi ibu kota negara Jepang selama lebih dari 1000 tahun. Kota ini adalah capital city dari prefektur Kyoto yang berada di region Kansai. Karena pernah menjadi ibu kota Jepang sekian lamanya, tidak heran kalau kota ini menjadi representatif kebudayaan Jepang untuk turis mancanegara. Banyak sekali tempat wisata di kota ini, yang sebagian besar merupakan kuil dan shrine. Jadi ini adalah kunjungan keduaku di Kyoto, setelah tahun lalu pernah ke Kyoto juga untuk ikut conference dan nyuri-nyuri jalan-jalan sehari. Karena waktu itu belum puas, kali ini aku dan suami memutuskan untuk jalan-jalan di Kyoto lagi. Kami di Kyoto cuma dua hari satu malam, dan selama 2 hari tersebut kami mengunjungi 5 destinasi wisata di Kyoto, apa saja? Here we go..

1. Kitano tenmangu shrine
Awalnya shrine ini tidak ada di itinerary perjalanan kami. Keinginan untuk datang ke shrine ini adalah ketika aku iseng-iseng googling lokasi mana di Kyoto yang terkenal dengan bunga ume (plum blossom) nya. Kebetulan sekali ternyata di shrine ini tiap tanggal 25 Februari setiap tahunnya selalu diadakan ume matsuri (plum blossom festival). Di shrine ini ada ratusan (apa ribuan ya?) pohon bunga ume yang mekar. Jadi waktu festival ini, selain bisa menikmati bunga ume yang sedang bermekaran, ada juga tea ceremony yang disajikan oleh para geisha untuk pengunjung. Selain itu, pada saat festival ini dibuka juga flea market, yaitu pasar barang-barang murah yang apa saja dijual disana. Mulai dari kamera, barang-barang antik, pakaian, hingga makanan. Kemarin aku sempet beli kimono yang menurutku cukup bagus dan harganya cuma ¥800 (Rp 90.000) saja. Kuil ini menjadi lokasi pertama yang kami kunjungi karena lokasinya dekat dengan hotel tempat kami menginap.






2. Kinkaku-ji temple
Kuil ini terkenal juga dengan nama kuil emas (金; kin/kana; emas). Katanya, warna ke emasan dari dinding kuil ini adalah karena dindingnya dilapisi emas asli (plis jangan tanya emas yang dipake ngelapisin itu berapa karat). Awalnya bangunan ini adalah sebuah vila, yang kemudian pada tahun 1397 dibeli oleh Shogun Ashikaga Yoshimitsu dan kemudian diubah menjadi komplek Kinkaku-ji. Pada tahun 1467-1477 semua bangunan pada komplek tersebut terbakar pada saat terjadi perang kecuali paviliun utama nya, yang mana kemudian paviliun ini pada tahun 1950 juga akhirnya dibakar oleh seorang biksu yang berniat untuk bunuh diri. Bangunan yang ada sekarang merupakan bangunan yang baru dibuat mulai tahun 1955 - 2003. Untuk masuk ke kuil ini admission fee nya adalah ¥400 (Rp 45.000). Oiya, selama di Kyoto ini aku dan suami sebagian besar mobile dengan bus yang aksesnya memang gampang sekali, apalagi ada tiket one-day pass seharga ¥500 yang bisa digunakan untuk menjangkau hampir semua tempat-tempat wisata di Kyoto.




3. Gion
Kami ke Gion setelah makan malam di sebuah resto India-Persia yang memang terkenal karena makanan halalnya. Resto ini cukup recommended karena masakannya yang lumayan dan harga yang terjangkau (kami habis kurang lebih ¥3.500/ Rp. 400rb). Nama restonya adalah Arash's kitchen, yang mana tiap sabtu malam mulai jam 19.00 ada pertunjukan belly dance πŸ˜‚. Setelah makan malam ini kami ke Gion yang merupakan distrik geisha yang memang bagus dikunjungi saat malam hari. Di sekitar Gion ini juga ada ramen halal namanya Narita-ya, yang bersebelahan dengan resto yakiniku halal dengan nama yang sama. Sayangnya kemarin kami tidak sempat makan di sini karena waktu datang ke sana tempatnya penuh, sedangkan kami tidak bisa menunggu karena mengejar waktu sebelum tempat penitipan koper di stasiun tutup (jam 8 malam). Bicara tentang ramen halal, di Kyoto ada resto ramen halal lain yang lokasinya dekat dengan stasiun Kyoto, namanya AYAM-ya. Perlu diingat dan dicatat bahwa resto ini tutup pada hari minggu, biar nanti tidak kecewa seperti kami yang kelupaan kalau resto ini tutup padahal sudah di rencanakan untuk makan ke sana. Aku sendiri sebenarnya sudah pernah makan di sana saat ke Kyoto tahun lalu, well.. untuk rasa sih lumayan, tapi bagiku indomie tetap juara.




4. Fushimi Inari Taisha
Pernah nonton film "Memoirs of a geisha"? Ingat waktu Chiyo kecil lari-lari di gate warna orange yang jejer-jejer setelah dibelikan es krim sama bapak chairman? Yup, itu lokasinya adalah di shrine ini. Fushimi inari ini lokasinya ada di Mt. Inari yang puncaknya adalah 233 meter di atas permukaan air laut. Untuk sampai di puncak ini ada 14 level, yang katanya bisa ditempuh dalam waktu 30 menit. Waktu itu kami tidak sampai puncak bukan karena tidak kuat, tapi karena diburu waktu karena sudah booking untuk makan siang di restauran yakiniku halal jam 1-nya. Jadi tori gate berwarna orange yang jumlahnya ribuan ini merupakan donasi dari perusahaan-perusahaan di Jepang, yang mengharapkan agar bisnisnya lancar dan sukses karena shrine ini sendiri dikenal sebagai shrine kemakmuran. Kalau kalian perhatikan di tiap tori gate ini ada tulisan berbahasa Jepang, yang merupakan nama dari perusahaan yang mendonasikan tori gate tersebut. Untuk ke shrine ini lebih baik naik kereta daripada naik bus. Kenapa? karena kalau naik kereta, stasiun tempat berhenti tempatnya tepat di depan shrine, sedangkan kalau naik bus jalannya masih agak jauh dari halte. Jadi kalau mau naik kereta dari stasiun Kyoto, naiknya adalah JR Nara line yang cuma 5 menit, karena stasiun Fushimi Inari ini lokasinya hanya 2 stasiun dari stasiun Kyoto.








5. Kiyomizu-dera
Kiyomizu-dera ini adalah kuil Budha yang menjadi salah satu UNESCO world heritage site, dan masuk dalam 20 besar finalis untuk menjadi tujuh keajaiban dunia. Nama kiyomizu itu sendiri artinya adalah air yang suci, karena di dalam komplek kuil ini ada semacam sumber mata air yang memang airnya bening (apasih). Saat ini banyak orang yang minum atau sekedar mencuci tangan dengan air ini dengan harapan bisa jadi pintar, tapi karena aku muslim, pengennya wudlu aja di air pancuran itu karena waktu itu memang sudah masuk waktu sholat. Tapi untungnya aku dipegangin suami dan diseret untuk wudlu di tempat lain karena takut didatangi security nya kuil, secara kalau mau ke pancurannya itu saja ngantrinya juga cukup panjang. Ada satu hal yang cukup bikin kecewa dari kuil ini, yaitu kebetulan banget waktu kami ke sana bangunan utamanya sedang di renovasi, jadilah keindahan Kiyomizu dera yang terkenal itu tidak bisa kami nikmati saat itu. Untuk masuk ke dalam kuil ini, admission fee nya adalah ¥ 400. Lokasi dari Kiyomizu-dera sendiri sebenarnya tidak terlalu jauh dari Fushimi Inari, dengan naik bus dari stasiun Kyoto. Dari halte untuk sampai ke kuilnya harus jalan sekitar 1km, dengan jalanan yang cukup menanjak. Tapi jangan khawatir, karena di sepanjang jalan ini dipenuhi orang berjualan makanan dan oleh-oleh, jadi perjalanan kalian tidak akan terasa sama sekali.








Oiya, sebelum ke sini kami sebelumnya makan di resto yakiniku yang menyediakan daging halal namanya "Nanzan-honten", yang lokasinya adalah di seberang Notre-dame University. FYI, di sini kalau mau pesan menu halal sebaiknya telp dulu di hari sebelumnya agar mereka bisa menyiapkan. Harganya agak mahal memang, kami waktu itu makan berdua habis kurang lebih ¥ 10.000 (Rp. 1,1jt).






Jadi itu adalah cerita perjalanan kami selama di Kyoto kemarin. Sebagai saran, kalau mau ke Kyoto sebaiknya waktunya cukup lama biar lebih puas dan tidak diburu-buru waktu. Kata seorang teman yang memang tinggal di Kyoto, sebenarnya highlight tempat wisata di Kyoto itu ada 4, yaitu Kinkaku-ji, Fushimi Inari taisha, Kiyomizu-dera, dan Arashiyama. Untuk arashiyama ini aku sempat datang ke sana tahun lalu, tapi di kesempatan kali ini tidak bisa ke sana karena waktu yang terbatas (dan karena suami tidak tertarik dengan alasan, ngapain jauh-jauh ke Jepang malah lihat hutan bambu πŸ˜…). Padahal arashiyama ini bagus loh, karena bambu di Jepang beda sama bambu di Indonesia, ada yang tau ngga beda nya apa? kalau ngga tau bisa di googling, hitung-hitung nambah wawasan tentang jenis-jenis bambu di dunia πŸ˜‚.

Cukup sekian, blog selanjutnya mungkin akan tentang perjalanan jalan-jalan ke Shirakawago-Takayama-Toyama, atau mungkin tentang kehidupan kuliah di Jepang. γ˜γ‚ƒ、またね。。
Makasih untuk yang sudah mampir..