Monday, December 25, 2017

Jalan-jalan di New York

"Kalau tidak sekarang, kapan lagi?" begitu pikir saya waktu timbul keragu2an apakah sebaiknya pergi ke New York atau tidak. Sebenarnya kota tujuan utama saya di USA adalah Philadelphia - Pennsylvania, karena di kota itulah conference yang akan saya ikuti berlangsung. Sejujurnya sebelum berangkat ke USA, saya bisa dibilang cukup parno, selalu membayangkan hal-hal yang tidak perlu, berikut contoh pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul di pikiran saya: "nanti semisal udah sampai di imigrasi USA tapi ternyata tidak boleh masuk US gimana ya?", "nanti kalau tiba-tiba waktu di jalan ada yang nembak (pakai pistol, bukan nembak ngajakin pacaran) saya gimana ya?", "nanti semisal saya dirasis-in gimana ya?", atau "nanti kalau semisal di New York tiba-tiba papasan sama Justin Bieber gandengan tangan sama Selena Gomez gimana ya?". Pokoknya yang terbayang-bayang adalah hal-hal buruk. Bahkan sebelum berangkat, saya sudah googling tingkat kriminalitas di Philadelphia dan New York itu berapa persen, atau berapa banyak populasi orang Amerika yang punya senjata api. Setelah proses meyakinkan hati yang cukup menyita waktu dan pikiran, akhirnya saya memutuskan "bismillah, insyaAllah aman, lagipula kalau ngga sekarang, kapan lagi bakal ada kesempatan ke New York?".

Setelah niat membulat, hal pertama yang saya lakukan adalah membuat itinerary. Waktu itu tujuan saya jalan-jalan di New York adalah central park, patung liberty, brooklyn bridge, dan times square. Tempat-tempat itu saya pilih dengan pertimbangan bahwa saya cuma punya waktu kurang lebih 10 jam saja di New York (saya berangkat dari Philadelphia dengan bus jam 6 pagi dan sampai di New York jam 8 pagi; kembali ke Philadelphia jam 6 sore dan sampai di Philadelphia jam 8 malam), jadi saya memilih lokasi yang jaraknya tidak terlalu berjauhan satu dengan yang lain untuk menghemat waktu perjalanan. Setelah membuat itinerary, saya segera membeli tiket bus dan juga tiket ferry untuk menuju Liberty island secara online, dengan tujuan untuk mengecilkan niat meng-cancel perjalanan karena sudah terlanjur keluar banyak uang (lol).

Jadi selama di Amerika saya membeli kartu telp T-mobile dengan harga USD 35, yang mana dengan harga itu saya sudah bisa mendapatkan akses internet sebesar 2 GB. Waktu beli kartu itu, si mas2 yang jualan tanya "mbak ada rencana jalan-jalan ke New York ngga?" saya jawab "iya mas, kenapa?", terus masnya yang jualan bilang "kartu ini bisa berfungsi di mana aja mbak, kecuali di New York." saya dalam hati "matiihh". Jadi ternyata, kalau di New York kartu itu cuma bisa menangkap signal 4G, sedangkan HP yang simfree yang saya bawa waktu itu mentok cuma bisa menangkap signal 3G, jadi yaudahlah, bismillah aja. Maka dari itu, saya jalan-jalan di New York tanpa koneksi internet, dan cuma modal screenshot rute subway dan peta, dan mulut yang alhamdulillah bisa dipakai untuk tanya-tanya jalan. Singkat cerita, setelah 2 jam di bus Philadelphia - New York, sampailah saya di New York. Terminal bus tempat kedatangan saya adalah Port Authority Bus Terminal di dekat Times Square, yang mana beberapa hari setelah saya kembali ke Jepang, di situ ada orang mau meledakkan bom bunuh diri tapi alhamdulillah gagal (tuh kan, gimana saya tidak parno). Setelah itu saya langsung naik subway menuju ke Brooklyn bridge. Sesampainya di stasiun subway Brooklyn, saya ngekor dua orang bule yang sebelumnya tanya ke saya jalan menuju Brooklyn bridge, tapi ujung-ujungnya malah jadi saya yang ngekor mereka, karena ternyata kami adalah sama-sama turis yang cuma beda warna kulit dan rambut saja. Hhahaa.. Brooklyn bridge adalah jembatan yang menghubungkan Brooklyn dengan Manhattan. Suasananya enak dipakai untuk joging, jalan-jalan santai, atau sekedar nongkrong menikmati pemandangan Manhattan dari kejauhan. Setelah puas jalan-jalan di Brooklyn bridge, tujuan selanjutnya adalah patung Liberty.



Saya sampai di Battery park jam 10.50, sedangkan tiket ferry saya adalah untuk jam 11.00. Entah karena saya yang datangnya mepet atau bagaimana, akhirnya saya masih tetap harus mengantri selama kurang lebih 30 menit untuk bisa masuk ke ferry, dan baru bisa ikut penyeberangan yang jam 11.30. Sebelum masuk ke dalam ferry, ada pemeriksaan dengan pemindai yang mirip seperti saat di bandara. Sepertinya mereka ingin memastikan bahwa tidak ada orang yang membawa bom atau semacamnya ke monumen sakral mereka. Penyebarangan dari Battery Park ke Liberty Island memakan waktu kurang lebih 15 menit. Setelah 5 menit, beginilah kurang lebih view Manhattan dari atas ferry:


Sebelumnya saya tidak tahu sebenarnya Liberty itu patung berjenis kelamin laki-laki atau perempuan, tapi waktu di atas ferry ada orang bilang "there she is" waktu patungnya mulai kelihatan. "Oh jadi cewek ya", batinku waktu itu. And yeah, there she is !!



Liberty merupakan hadiah dari Perancis atas kemerdekaan Amerika Serikat dari Inggris yang jatuh pada tanggal 4 Juli 1776. Sosok wanita mengenakan gaun dipilih untuk menggambarkan Libertas, dewa kebebasan bangsa Romawi. Dari jarak cukup dekat, akhirnya saya melihat bagaimana sosok Liberty tersebut berdiri megah dengan sebelah tangannya yang perkasa mengangkat obor selama ratusan tahun -tanpa memakai deodorant dan tanpa perlu ditempel salonpas- sementara tangan kirinya memeluk sebuah buku yang bertuliskan tanggal kemerdekaan Amerika Serikat. 






Setibanya di Liberty island, saya jalan-jalan keliling pulau sendirian sambil memegang tongsis (yang baru saya beli seharga USD 10 saat sedang mengantri masuk ke dalam ferry). Saya membeli tiket ferry dan tiket masuk liberty island kurang lebih 3 minggu sebelum keberangkatan, meskipun demikian ternyata tiket dengan pedestal access sudah habis (karena kuotanya yang terbatas), jadi saya tidak bisa masuk ke area yang lebih dekat dengan liberty untuk bisa salaman dengan beliau (garing ya? lol). Setelah cukup puas jalan-jalan, foto-foto, dan beli-beli souvenir, saya memutuskan untuk kembali ke Manhattan. Setibanya di Manhattan, sebenarnya saya ingin pergi ke Central Park, tapi karena sudah capek (karena insiden kesasar di Brooklyn), akhirnya saya memutuskan langsung pergi ke Times Square saja. Bagi yang tidak tahu times square itu apa, itu adalah pusat perbelanjaan terbesar di kota New York, yang mana kamu mungkin bisa menemukan barang apapun yang kamu butuhkan di sana.


Sedikit tambahan berdasarkan pengalaman saya yang kurang lebih (hanya) seminggu di Amerika, berikut ini adalah rangkuman hal-hal yang kira-kira harus dibiasakan selama di sana:

1. Biasakan untuk memberi tip; besarnya tip kurang lebih adalah 15 - 20%. Dari pengalaman saya, mulai dari naik taksi, untuk cleaning service di hotel, dan makan di restoran semuanya harus dengan tip. Kecuali kalau kalian membeli makanan siap saji yang dibungkus untuk di makan di hotel, maka kalian tidak harus memberi tip.

2. Usahakan membawa kartu kredit; di Amerika ada beberapa vending machine untuk membeli tiket subway yang hanya menerima kartu kredit saja, jadi untuk lebih aman sebaiknya membawa kartu kredit untuk jaga-jaga. Selain itu, harga tiket kereta SEPTA pun lebih murah jika dibayar dengan kartu kredit dibandingkan dengan membayar cash.

3. Biasakan jalan di sebelah kanan; bagi kamu yang datang dari negara yang terbiasa jalan kaki di sisi sebelah kiri, ini merupakan salah satu point penting yang harus diingat.

4. Eat like locals; means, biasakan makan makanan fast food.

5. Biasakan bawa botol air minum kosong ke mana-mana karena orang-orang di US terbiasa cebok dengan menggunakan tissue.

6. Latih kemampuan listening bahasa inggris kamu, karena orang-orang di sana ngomong dengan bahasa inggris with the speed of light

7. Sama seperti di Jepang, di Amerika juga kamu harus membiasakan minum air keran.

8. Biasakan berjalan kaki; karena transportasi di Amerika cukup mahal. Contohnya, untuk tiket subway sekali jalan di New York harganya adalah USD 3. 

9. Jika kamu datang dari Jepang, biasakan diri bahwa pelayanan di Amerika tidak seramah di Jepang; because I think its impossible to find a country with a service quality better than Japan.

And one more thing, selama di Amerika kemarin alhamdulillah saya selalu ketemu sama orang-orang baik, tidak pernah sekalipun dirasis-in, bahkan pernah waktu saya tanya jalan dan ternyata orang yang saya tanyai itu juga tidak tahu, dia kemudian memanggil temannya untuk membantu saya. Lalu pengalaman melewati imigrasi Amerika, karena bandara pertama saya landing adalah di Chicago, maka saya menyerahkan form US Custom and Border Protection dan melewati imigrasi juga di bandara Chicago. Saya sempat agak deg-degan karena saya pernah membaca blog orang Indonesia yang juga pergi ke Amerika, dan dia bilang kalau dia sempat diinterogasi di ruangan khusus meskipun pada akhirnya dia juga boleh lewat. Tapi alhamdulillah kejadian tersebut tidak terjadi pada saya. Waktu melewati bagian imigrasi saya cuma diminta menginput sidik jadi saya, dan kemudian saya ditanya terkait ada kepentingan apa di Amerika, berapa lama saya akan tinggal di sana, dan di kota mana saya akan tinggal. Waktu saya bilang bahwa saya akan ke Philadelphia, petugasnya malah bilang gini "Oh kalau di Philadelphia jangan lupa cobain cheese steak ya", sambil tersenyum. Pokoknya alhamdulillah ternyata orang-orang di Amerika ternyata better than my expectation.

Jadi kira-kira begitulah yang bisa saya ceritakan dari pengalaman saya selama di Amerika kemarin, semoga bermanfaat :)












Friday, July 21, 2017

Langkah - langkah mendaftar visa Amerika di Jepang


     Beberapa waktu lalu saya pergi ke Osaka untuk mengurus non-immigrant visa US karena saya ingin bertemu dengan bapak Obama berencana akan mengikuti sebuah conference di Philadelphia bulan Desember nanti. 'Masih bulan Desember, kenapa sudah mengurus visa dari sekarang?' Karena di website kedubes US sendiri disebutkan bahwa sebaiknya mulai mengurus visa setidaknya 3 bulan sebelum jadwal keberangkatan. Selain itu, ini juga untuk jaga-jaga semisal nanti visa saya ditolak, jadi saya bisa segera mencari alternatif negara lain untuk jalan-jalan conference. Menurut saya mengurus visa Amerika membutuhkan proses terpanjang dan termahal dibandingkan pengalaman saya mengurus visa Schengen, Jepang, dan Korea Selatan. Meskipun terlihat rumit, bukan berarti visa Amerika tidak mungkin untuk didapatkan. Berikut ini akan saya tuliskan langkah-langkah untuk mengurus visa Amerika di Jepang.

1. Memilih visa jenis apa yang kamu butuhkan
     Pertama, kamu harus tahu visa jenis apa yang kamu butuhkan. Ada tiga tipe visa yang bisa kita apply, yaitu: visa non-immigrant, visa immigrant, dan visa fiance(e). Kali ini saya akan mendaftar visa non-immigrant kelas B1 karena saya hanya tinggal disana sekitar 1-2 minggu saja dan tidak berencana untuk menetap dalam jangka waktu lama.











2. Membuat akun di website Kedutaan Besar Amerika
    Langkah selanjutnya untuk mengurus visa Amerika adalah dengan membuat akun pribadi masing-masing individu, karena nanti untuk membuat appointment untuk wawancara harus melewati akun ini.

3. Mengisi form aplikasi visa non-immigrant (DS-160)
    Berikutnya yaitu mengisi form aplikasi visa non-immigrant atau form DS-160, yang merupakan salah satu syarat penting untuk mendaftar visa Amerika. Sebelum memulai mengisi form DS-160, kamu akan diminta untuk menentukan di kota mana kamu ingin mengajukan visa. Di Jepang sendiri ada beberapa consulate general Amerika antara lain di Tokyo dan Osaka. Selain itu pastikan kamu sudah memiliki softcopy pas foto berwarna dengan background putih tanpa kaca mata yang diambil dalam jangka waktu 6 bulan terakhir. Point-point yang harus diisi di form DS-160 ini meliputi: informasi personal, alamat dan nomor telp, paspor, rencana perjalanan di US, teman perjalanan, pengalaman perjalanan ke Amerika, kontak selama di Amerika, apakah memiliki keluarga di Amerika, serta pengalaman kerja dan pendidikan. Di akhir pengisian informasi tersebut, kamu akan diminta untuk mengupload foto dengan ketentuan yang saya sebutkan di atas.

                 


                 

     Dan saat sudah selesai mengisi form DS-160, kamu akan mendapatkan bukti pengisian form DS-160 seperti di bawah ini:

4. Membayar biaya pengajuan visa
   Setelah semua informasi di atas disubmit, kamu akan diminta untuk melalukan pembayaran pengajuan visa sebesar USD 160, yang mana kurs waktu itu setara dengan ¥18.400, atau kalau di rupiahkan lebih dari 2 juta rupiah. Pembayaran bisa dilakukan melalui bank transfer atau dengan menggunakan kartu kredit. Saya kemarin memakai kartu kredit karena lebih praktis dibandingkan harus transfer melalui bank. Setelah melakukan pembayaran, kamu akan mendapatkan 12 digit angka yang harus kamu simpan baik-baik karena 12 digit angka ini nantinya akan dibutuhkan untuk membuat jadwal wawancara. Satu hal lagi, bahwa biaya pendaftaran visa ini adalah non-refundable, yang artinya bahwa meskipun nanti visamu ditolak, uang pendaftaran ini tidak akan dikembalikan.

5. Membuat jadwal wawancara online
    Setelah melakukan pembayaran, maka kamu akan bisa membuat jadwal untuk wawancara. Hal yang perlu diingat adalah, wawancara paling cepat bisa dijadwalkan dua hari setelah pembayaran dan aplikasi DS-160 disubmit secara online. Berikut ini merupakan contoh appointment letter milik saya.

               


6. Melengkapi dokumen yang harus dibawa pada saat wawancara
     Pada saat wawancara kamu harus membawa beberapa dokumen, yang mana ada dokumen yang memang wajib untuk dibawa, dan ada juga dokumen yang hanya digunakan sebagai penunjang agar visa kamu diterima.
Berikut ini adalah dokumen wajib yang harus dibawa:
a. Passport
b. Pas foto seperti yang diupload untuk form DS-160 ukuran 5 x 5 cm.
c. Bukti pengisian form DS-160 berbarcode
d. Bukti pembuatan jadwal wawancara berbarcode

Sedangkan dokumen-dokumen pendukung antara lain:
a. Invitation letter dari pihak US, di sini saya menggunakan invitation letter yang diberikan oleh pihak penyelenggara conference.
b. Karena saya bukan warga negara Jepang, maka saya harus membawa fotocopy residence card dua sisi.
c. Bukti aktif mahasiswa, syarat ini seperti waktu dulu mengajukan visa Korea, yang mana enrollment letter ini bisa dengan mudah didapatkan di certificate issuing machine yang ada di kampus.
d. Bukti booking hotel, hanya sebagai wacana kira-kira berapa lama kita mau tinggal di Amerika. Perlu diperhatikan bahwa sebelum positif mendapatkan visa Amerika, JANGAN beli tiket pesawat dulu. Hal ini juga sudah ditulis dengan jelas di website Kedutaan Besar Amerika.
e. Curriculum vitae (CV), isi dari CV ini meliputi informasi personal, riwayat pendidikan, awards and membership, publikasi, serta riwayat perjalanan keluar negeri sebelumnya.

7. Wawancara di Kedutaan Besar atau di Konsulat Jenderal Amerika.
    Pada hari wawancara, saya datang satu jam lebih awal dari jadwal wawancara saya. Saya menjadwalkan wawancara jam 8.45, dan saya sudah tiba di Konjen Amerika di Osaka sejak jam 7.45. Dan benar saja, ternyata sekitar jam 8.30 saya sudah diminta untuk memulai proses awal untuk memasuki gedung Konsulat Jendral Amerika (iya, jadi nunggunya tadi memang di luar gedung). Hal yang perlu diingat adalah, kamu cuma boleh membawa tas kecil berukuran maksimal 25 x 25 cm dan map plastik transparan berisi dokumen-dokumen di atas. Jadi usahakan jangan membawa tas ransel, laptop, maupun barang-barang elektronik lainnya (kalaupun memang harus membawa sebaiknya dititipkan di coin locker di stasiun sebelum berangkat ke kantor kedutaan). Screening pertama yaitu kamu akan diminta untuk me-nonaktifkan Hp, dan mengeluarkan semua makanan serta minuman, serta beberapa item lain jika kamu membawanya di dalam tas, termasuk parfum, pistol, pisau, korek api, dsb. Selanjutnya setelah masuk ke dalam gedung di lantai 1 depan pintu masuk, akan ada alat scanner mirip seperti yang ada di bandara. Kamu akan diberikan dua kotak, satu kotak untuk menaruh Hp dan alat elektronik yang kebetulan dibawa (saya waktu itu kebetulan membawa earphone), serta satu kotak lagi untuk menaruh tas dan map. Barang-barang tersebut kemudian akan di scan, dan saya pun diharuskan melewati scanner serupa pintu. Selanjutnya Hp saya disimpan oleh mereka, dan saya hanya boleh membawa tas dan map plastik saya. Setelah semua proses scan selesai, ada petugas yang meminta paspor saya dan bukti appointment. Setelah barcode yang ada di bukti appointment discan, kemudian saya diminta untuk naik ke lantai 3. Di lantai 3, saya menuju loket yang semua petugasnya adalah bule, dan di loket tersebut saya kembali menyerahkan map plastik saya hanya untuk discan barcode-nya, kemudian map tersebut dikembalikan lagi ke saya. Di sini saya hanya ditanya 'apakah ini pertama kalinya mendaftar visa Amerika?' Serta 'pergi ke Amerika dalam rangka apa?'
   Berikutnya saya diminta untuk pindah ke loket sebelah untuk mengambil fingerprint saya. Pengambilan sidik jadi dimulai dari empat jari tangan kiri, 4 jari tangan kanan, kemudian 2 jempol berbarengan. Setelah itu saya diminta turun ke lantai 2 untuk wawancara.
  Di lantai 2, kembali ada petugas dibalik loket yang akan mewawancarai saya. Jadi wawancaranya memang sambil berdiri, bukan duduk seperti wawancara untuk melamar pekerjaan. Pertama map saya kembali di minta, dan saya ditanya mau diwawancara dengan bahasa Jepang atau bahasa Inggris (dan tentu saja saya memilih bahasa inggris). Because the best part of applying US visa in Japan is, they speak English ! πŸ’› Karena jarang-jarang di Jepang saya bisa menggunakan bahasa Inggris kecuali saat di kampus. Sambil mewawancarai saya, interviewer sekaligus mengetik jawaban-jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada saya.
Pertanyaan-pertanyaannya cukup mendetail, kira-kira seperti ini: (ini yang saya ingat saja)
"So, how long you've been staying in Japan?"
"You're a PhD student right? what are you studying here?"
"So you will go to the US for a conference? Which conference?"
"You will give a presentation for the conference? Whats your research topic?"
"In which city your conference is? How long you will stay in the US?"
"Who will pay for your trip?"
"Do you have any companion for your travel to the US?"
     Mungkin ada beberapa pertanyaan lain yang terlewat, tapi hanya itu yang bisa saya ingat. Hal lain yang saya ingat di sini, dua dokumen yang benar-benar dibaca dengan teliti oleh interviewer adalah invitation letter dan CV saya. Karena saya adalah member dari "Japan society for cell biology (JSCB)" serta "American society for cell biology (ASCB)", sehingga saya menuliskan ini di CV saya di bagian "Awards and membership", dan waktu melihat ini si interviewernya seperti langsung mengangguk-angguk (karena conference yang akan saya ikuti ini sendiri merupakan annual meeting dari ASCB). Bagian lain yang dilihat dari CV saya adalah riwayat perjalanan ke luar negeri. Di sini saya tulis negara-negara mana saja yang pernah saya kunjungi dan tahun berapa saya ke sana. Menurut saya, ini menjadi pertimbangan bagi mereka, karena jika kita sudah sering pergi keluar negeri dan tidak pernah menimbulkan masalah, maka mereka beranggapan nanti saat di US pun kita tidak akan membuat masalah (yhaa, walaupun ngga mesti juga yang belum pernah keluar negeri bakalan bikin masalah). Setelah melihat itu, interviewer langsung bilang "your visa is okay, and you will get it in one week". Alhamdulillah..... 
    Semua proses di dalam gedung Konjen US ini sangat cepat karena memang tidak terlalu banyak yang mengurus visa (mungkin karena orang Jepang sendiri sebenarnya tidak perlu visa untuk pergi ke US). Waktu saya keluar gedung dan mengaktifkan handphone saya, ternyata waktu baru menunjukkan pukul 8.45, jadi semua proses di atas kurang lebih hanya berlangsung selama 15 menit. Ini jauh lebih cepat dibandingkan dengan dulu waktu saya mengurus visa schengen, meskipun keduanya sama-sama menggunakan sistem appointment. Visa saya akan dikirim ke alamat saya lewat pos, jadi saya tidak perlu kembali lagi ke Osaka untuk mengambilnya. Tidak seperti waktu mengurus visa Korea Selatan, di sini saya tidak perlu membeli amplop untuk pengiriman, mungkin karena biaya pengurusan visanya sendiri 4x lebih mahal dibandingkan dengan pengurusan visa Korea. Pengiriman ini bisa ditujukan ke alamat rumah atau alamat kantor, yang mana kamu bisa memilih serta mengisi alamat pengiriman secara online saat sedang mengisi form DS-160.
    Beberapa saat setelah keluar dari gedung kedutaan besar, tiba-tiba mbak Ratih, teman saya yang sekarang sedang kuliah di Korea, mengirim pesan untuk menanyakan bagaimana saya mengurus visa Amerika ini (teman saya tahu kalau saya sedang mengurus visa karena melihat IG story saya makanya follow akun IG saya ya, @firlyrahmah). Setelah ngobrol beberapa saat, teman saya cerita katanya tahun lalu teman labnya sebanyak 20 orang ditolak pengajuan visa Amerika-nya padahal mereka juga mau ke Amerika untuk mengikuti conference, langsung saja saya jadi deg-degan lagi, takut kalau tiba-tiba mereka berubah pikiran dan saya tidak jadi mendapatkan visa. Duuhh.. 😫 *maafin, saya orangnya memang suka parno-an*
     Saya mengurus visa hari Selasa, dan setelah melewati 3 hari dengan penuh keputus-asaan, akhirnya pada hari Jumat pagi saya mendapatkan email dan sms konfirmasi bahwa paspor saya sudah dikirim dari kedutaan besar Amerika yang di Tokyo pada hari Kamis, dan dijadwalkan untuk dikirim ke alamat saya pada hari Jumat. Berikut ini kira-kira email notifikasi yang dikirim ke saya:  

                     

     Ternyata saya mendapatkan visa multiple entries yang berlaku untuk 5 tahun. Alhamdulillah..... Daaaann seperti inilah bentuk visa Amerika saya:
















    That's it. Memang prosesnya cukup panjang, tapi ternyata mengurus visa Amerika tidak serumit yang dibayangkan, kok. Dan saya yakin, jika kamu sudah pernah melewati proses panjang mendaftar visa Amerika,  maka ke depannya saat mengurus visa negara lain, it will be like a piece of cake. Semoga tulisan ini bermanfaat.. :) Kalau ada yang mau ditanyakan silahkan tulis di kolom komentar, ya !

Salam,
Firli


Thursday, July 13, 2017

Suka duka menjadi mahasiswa di Jepang

"Why do you go away? So that you can come back. So that you can see the place you came from with new eyes and extra colors. And the people there see you differently, too. Coming back to where you started is not the same as never leaving." - Terry Pratchett

Di sini aku tidak akan cerita tentang bagaimana akhirnya atau alasan apa yang menyebabkan aku mengambil S3 di Jepang, tapi aku akan bercerita tentang bagaimana suka dan duka nya menjadi mahasiswa S3 di negara Jepang. Well, anggap saja ini sebagai pertimbangan bagi kalian yang sedang berada di persimpangan antara ingin lanjut kuliah di Jepang tapi masih ragu untuk melangkah lebih jauh.

Aku di Jepang tinggal di Kanazawa, sebuah kota di prefektur Ishikawa. Di sini alhamdulillah jumlah mahasiswa Indonesia cukup banyak. Jadi terkait kangen untuk bisa ngerumpi dengan bahasa sendiri tidak pernah aku rasakan selama hampir 2 tahun tinggal di sini. Dan karena jumlah orang Indonesia di sini itu banyak sekali, kami sering mengadakan acara yang sebenarnya intinya adalah kumpul-kumpul dan makan-makan. Di acara-acara itu seringkali banyak disediakan makanan-makanan khas Indonesia, jadi alhamdulillah selama di Jepang aku tetap sering makan batagor atau gado-gado.

Jurusanku adalah Biologi, tapi sejak jaman S1 penelitianku adalah terkait Biologi molekuler dari kanker (makanya aku sering bingung kalo ditanya soal tumbuhan atau sistematika hewan walaupun jurusanku Biologi, wkwk). Aku bersyukur banget di Jepang aku juga belajar tentang kanker, lebih spesifiknya berusaha untuk mencari obat untuk menyembuhkan kanker (aamiin). Oleh karena itu, aktivitas utamaku di Jepang adalah melakukan penelitian di laboratorium, which is yang namanya penelitian di lab basah gini kadang suka ngga pandang hari, jadi ya harus legowo aja kalo Sabtu-Minggu juga tetap harus ke kampus. Lalu masalah jam aktif di lab, di sini biasanya mahasiswa lab basah seperti aku ini dituntut untuk datang sebelum jam 9.30 pagi, dan pulangnya bebas (tapi seringnya malam di atas jam 8). Walaupun semisal saat di lab kerjaan sudah beres jam 3, tapi pulangnya tetep aja malam. Kenapa? karena sungkan sama Prof. yang pulangnya juga selalu malam.

Di Jepang itu banyak liburnya (untuk anak-anak S1). Ada summer vacation (Agustus-September), spring vacation (Februari-Maret), winter vacation, dll. Tapii.. bagi mahasiswa postgraduate (S2 dan S3), liburnya biasanya mengikuti libur official pegawai di kampus. Contohnya, saat summer vacation yang mana anak S1 dapat libur sebulan lebih, aku cuma dapat libur 3 hari. Dan terkait ijin untuk boleh pulang ke Indonesia, aku dibolehin pulang setahun sekali selama 2 minggu. Kadang suka envy juga sama teman yang dibolehin pulang sebulan lebih, tp ya mau gimana lagi, kalau kerjanya di lab basah gini kelamaan pulang bisa ngga kelar-kelar risetnya.

Kalau ditanya hal yang paling berat selama tinggal di Jepang apa? Jawabannya klasik banget. Kangen sama keluarga. Iya. Apalagi kalau lagi stres hasil penelitian ngga bagus, bawaannya tuh pengen ada yang ngepukpuk-in sambil makan bakso. Tapi yhaa mau gimana lagi, emang udah konsekuensinya kuliah jauh dari rumah ya gini ini..

Studi di luar negeri memang berat, tapi ada satu hal yang tidak akan kalian dapatkan kecuali dengan studi di luar negeri. Hal yang tidak akan kalian dapatkan di bangku kuliah. Ya. Yaitu kesempatan untuk belajar kebudayaan negara lain. Tentang bagaimana kalian berusaha beradaptasi dengan lingkungan sekitar, agar kalian diterima, agar kalian mengerti bahwasanya dunia dan manusia yang hidup di atasnya itu sangat beragam sifat dan karakternya. Lambat laun kalian akan sadar bahwasanya keputusan untuk melanjutkan studi ke luar negeri adalah pilihan yang tepat. Jadi bagi kalian yang masih ragu-ragu, segera singkirkan keragu-raguan itu. The world is waiting for you..

"Merantaulah.. orang berilmu dan beradab tidak diam beristirahat di kampung halaman.
Tinggalkan negerimu dan hiduplah di negeri orang..
Merantaulah.. maka akan kau dapatkan pengganti kerabat dan kawan..
Berlelah-lelahlah, karena manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.."
-Imam Syafii-

Salam manis dari sebuah senja di kota kecil yang teramat cantik.

Kanazawa, 13 Juli 2017
Firli

Thursday, April 6, 2017

Cara mengurus visa kunjungan Korea di Jepang

Dalam rangka liburan "Golden Week" bulan depan, aku bersama dengan beberapa teman berencana untuk jalan-jalan ke Korea. Nah karena warga negara Indonesia masih belum bisa masuk ke Korea tanpa visa (kecuali yg cuma transit dan akan pulang ke Indonesia), hal yang pertama kami siapkan adalah mengurus visa. Di Jepang sendiri terdapat kurang lebih 11 kantor consulate general Korea yang tersebar di kota-kota besar (kedutaan besar-nya cuma ada di Tokyo, sedangkan konjennya ada di Fukuoka, Kagoshima, Hiroshima, Kobe, Nagoya, Niigata, Osaka, Sapporo, Sendai, Shimonoseki, dan Yokohama), tapi karena di Kanazawa tidak ada, kami harus mengurus visa-nya ke kota lain. Hal yang penting di sini adalah, kalian tidak bisa memilih mau mengurus di kota mana, karna semuanya sudah ada pembagian wilayah masing-masing. Jadi waktu sebelum kalian pergi ke kantor konjennya, sebaiknya kalian telp dulu untuk menanyakan apakah kalian boleh mengurus visa di konjen tersebut, dan semisal tidak boleh, segera tanyakan kalian boleh mengurusnya di konjen yang mana. Contohnya dari pengalaman kami, waktu itu kami berencana mengurus di konjen Osaka (karena sekalian pengen beli ramen halal), tapi waktu kami telp ke sana, ternyata kami tidak boleh mengurus di Osaka dan harus di Niigata. Alasannya (mungkin) karena Kanazawa (di peta) lebih dekat ke Niigata daripada ke Osaka. 

Jadi syarat-syarat mengurus visa Korea di Jepang antara lain:
1. Mengisi form pendaftaran (sudah harus booking hotel sebelumnya karena di formnya nanti harus mengisi tempat tinggal selama di Korea).
2. Print out tiket pesawat
3. Fotocopy residence card
4. Fotocopy kartu mahasiswa
5. Print out tanda bahwa kalian adalah mahasiswa aktif di universitas di Jepang (biasanya bukti aktif ini bisa diprint di ceritificate issuing machine yang disediakan di kampus).
6. Foto ukuran 3,5 x 4,5 cm dengan background putih 1 lembar (aku pakai foto yang sama waktu dulu  apply visa Jepang).
7. Passpor
8. Biaya pendaftaran ¥4.400

Waktu kami mengurus visa tersebut, kami baru tahu bahwa syarat nomor 5 itu penting padahal kami tidak membawanya. Tapi untungnya dokumen tersebut boleh dikirim lewat pos dengan memakai amplop yang diberi oleh pihak konjen. Visa kami selesai kurang dari seminggu dan dikirim lewat pos oleh pihak konjen-nya. Oh iya, tentang pengambilan visa, kalian bisa mengambil langsung, boleh dititipkan ke teman, atau boleh juga minta dikirimkan lewat pos (dengan catatan kalian harus beli amplop dengan cap pos-nya pada saat mengurus visa tersebut).

Tadaa... Jadi seperti ini bentuk visa Korea..



H-30 sebelum berangkat, rasanya udah kebayang-bayang dinner bareng sama Gong Yoo oppa. Hhahaa...

Cukup sekian ya, selamat sore menjelang malam.. ;)




Wednesday, March 15, 2017

Tentang perjalananku menemukan jodoh

"Kalau memang terlihat rumit lupakanlah. Itu jelas bukan cinta sejati kita. Cinta sejati selalu sederhana. Pengorbanan yang sederhana, kesetiaan yang tidak menuntut apapun, dan keindahan yang apa adanya" - Tere Liye.

"Segala sesuatu yang ditakdirkan bersama, maka apapun yang mencegahnya, dia akan menemukan jalan untuk menyatu. Pun sebaliknya, sesuatu yang tidak ditakdirkan bersama, maka apapun yang kita lakukan, dia tidak akan pernah menyatu" - Tere Liye.

Dulu jaman-jaman sebelum nikah (padahal udah pengen nikah), sering sekali membaca tulisannya Tere liye, menurut saya tulisan-tulisannya seringkali bisa memadamkan kegalauan hati waktu itu. Sejujurnya saya setuju sekali dengan quotes Tere Liye yang saya kutip di atas, bahwa cinta sejati selalu sederhana. Sedikit bercerita, dulu saya pertama kali bertemu dengan suami adalah pada pertengahan tahun 2013. Waktu itu saya diajak seorang teman untuk jalan-jalan ke taman wisata mangrove Surabaya beramai-ramai, dan kebetulan teman saya juga mengajak suami saya yang kebetulan adalah temannya juga. Waktu jalan-jalan seharian itu biasa saja sebenarnya, kami (saya dan suami) hampir tidak mengobrol sama sekali, mungkin cuma sekali-sekali saja saya minta difotoin karena waktu itu dia satu-satunya yang membawa kamera. Setelah jalan-jalan sehari itu kami tidak ada hubungan komunikasi sama sekali, hingga pada awal tahun 2014, waktu itu saya berencana mau melamar kerja di perusahaan yang mirip-mirip dengan tempat suami saya bekerja. Karena belum pernah punya pengalaman melamar pekerjaan sebelumnya, oleh teman saya yang juga temannya suami, saya disarankan untuk tanya-tanya ke dia. Bahkan waktu itu yang menginvite-kan bbmnya adalah teman saya karena saya menolak untuk menginvite dengan alasan malu dan 'sungkan'. Syukurlah setelah invite-an bbm saya diterima, suami langsung menyapa duluan, karena semisal waktu itu dia tidak menyapa mungkin saya juga tidak akan pernah nge-bbm dia. 

Singkat cerita, setelah sering bbm-an yang awalnya hanya tanya-tanya seputar job hunting, akhirnya lama-lama kami menjadi cukup dekat untuk keluar (berdua) bareng, atau sekedar makan dan ngobrol singkat saat dia ada pekerjaan ke Malang. Setahun kemudian, di akhir bulan Maret 2015, akhirnya dia mengatakan bahwa dia ingin menjalin hubungan yang lebih serius. Bulan Aprilnya dia minta ijin main ke rumah untuk bertemu dengan kedua orang tua saya, yang mana waktu itu dalam pikiran kami belum ada rencana untuk menikah dalam waktu dekat. Tapi semuanya berubah saat tiba-tiba saya menerima email yang menyatakan bahwa saya diterima beasiswa MEXT untuk studi S3 di Jepang selama 3 tahun. Saya ingat sekali, waktu itu saya langsung mengirim screenshot email pemberitahuannya ke dia, dan jawabannya kurang lebih adalah "Bismillah, berarti ini yang terbaik. InsyaAllah kita bisa melaluinya". 

Bulan Mei-nya saya iseng pengen main ke rumahnya, dan setelah itu di Bulan Juni keluarganya 'main' ke rumah saya sekalian menentukan tanggal pernikahan. Setelah diskusi dengan mempertimbangkan jadwal keberangkatan saya ke Jepang bulan September, akhirnya diputuskan kami akan menikah 2 bulan kemudian di bulan Agustus. Kebayang bagaimana hectic-nya kami waktu menyiapkan semuanya dalam waktu hanya 2 bulan, sedangkan posisinya kami waktu itu LDR berbeda kota? Kami tidak sempat foto prewed, beli segala pernak pernik seserahan hanya dalam waktu sehari, bahkan beli cincin pun langsung beli di toko tanpa pesan terlebih dahulu (makanya cincinnya sampai sekarang masih kebesaran, dan akhirnya saya pakai di jari tengah πŸ˜‚). Terlepas dari semua itu, toh akhirnya kami menikah dengan sukses walaupun semua persiapannya serba mepet dan dadakan. Alhamdulillah...

Jadi benar kan kata-kata-nya bang Tere Liye di atas? 

"If something is destined for you, never in million years it will be for somebody else - Jika sesuatu ditakdirkan untukmu, sampai kapanpun tidak akan pernah menjadi milik orang lain".

Jadi untuk yang sampai sekarang belum menemukan jodohnya, tidak perlu galau, jodoh pasti akan datang di saat yang tepat, di waktu yang terbaik menurut-Nya. Itu janji Allah loh, masa masih ragu?
Atau coba dilihat-lihat lagi di sekitarnya, siapa tau sebenarnya jodoh kalian sudah ada di dekat-dekat kalian, hanya saja kalian belum menyadarinya karena terlalu sibuk memperhatikan yang jauh-jauh. Hehehe..

Sekian, selamat sore menjelang malam di negara bagian Kanazawa :)

Monday, March 13, 2017

Two days in Kyoto

Kyoto merupakan kota yang pernah menjadi ibu kota negara Jepang selama lebih dari 1000 tahun. Kota ini adalah capital city dari prefektur Kyoto yang berada di region Kansai. Karena pernah menjadi ibu kota Jepang sekian lamanya, tidak heran kalau kota ini menjadi representatif kebudayaan Jepang untuk turis mancanegara. Banyak sekali tempat wisata di kota ini, yang sebagian besar merupakan kuil dan shrine. Jadi ini adalah kunjungan keduaku di Kyoto, setelah tahun lalu pernah ke Kyoto juga untuk ikut conference dan nyuri-nyuri jalan-jalan sehari. Karena waktu itu belum puas, kali ini aku dan suami memutuskan untuk jalan-jalan di Kyoto lagi. Kami di Kyoto cuma dua hari satu malam, dan selama 2 hari tersebut kami mengunjungi 5 destinasi wisata di Kyoto, apa saja? Here we go..

1. Kitano tenmangu shrine
Awalnya shrine ini tidak ada di itinerary perjalanan kami. Keinginan untuk datang ke shrine ini adalah ketika aku iseng-iseng googling lokasi mana di Kyoto yang terkenal dengan bunga ume (plum blossom) nya. Kebetulan sekali ternyata di shrine ini tiap tanggal 25 Februari setiap tahunnya selalu diadakan ume matsuri (plum blossom festival). Di shrine ini ada ratusan (apa ribuan ya?) pohon bunga ume yang mekar. Jadi waktu festival ini, selain bisa menikmati bunga ume yang sedang bermekaran, ada juga tea ceremony yang disajikan oleh para geisha untuk pengunjung. Selain itu, pada saat festival ini dibuka juga flea market, yaitu pasar barang-barang murah yang apa saja dijual disana. Mulai dari kamera, barang-barang antik, pakaian, hingga makanan. Kemarin aku sempet beli kimono yang menurutku cukup bagus dan harganya cuma ¥800 (Rp 90.000) saja. Kuil ini menjadi lokasi pertama yang kami kunjungi karena lokasinya dekat dengan hotel tempat kami menginap.






2. Kinkaku-ji temple
Kuil ini terkenal juga dengan nama kuil emas (金; kin/kana; emas). Katanya, warna ke emasan dari dinding kuil ini adalah karena dindingnya dilapisi emas asli (plis jangan tanya emas yang dipake ngelapisin itu berapa karat). Awalnya bangunan ini adalah sebuah vila, yang kemudian pada tahun 1397 dibeli oleh Shogun Ashikaga Yoshimitsu dan kemudian diubah menjadi komplek Kinkaku-ji. Pada tahun 1467-1477 semua bangunan pada komplek tersebut terbakar pada saat terjadi perang kecuali paviliun utama nya, yang mana kemudian paviliun ini pada tahun 1950 juga akhirnya dibakar oleh seorang biksu yang berniat untuk bunuh diri. Bangunan yang ada sekarang merupakan bangunan yang baru dibuat mulai tahun 1955 - 2003. Untuk masuk ke kuil ini admission fee nya adalah ¥400 (Rp 45.000). Oiya, selama di Kyoto ini aku dan suami sebagian besar mobile dengan bus yang aksesnya memang gampang sekali, apalagi ada tiket one-day pass seharga ¥500 yang bisa digunakan untuk menjangkau hampir semua tempat-tempat wisata di Kyoto.




3. Gion
Kami ke Gion setelah makan malam di sebuah resto India-Persia yang memang terkenal karena makanan halalnya. Resto ini cukup recommended karena masakannya yang lumayan dan harga yang terjangkau (kami habis kurang lebih ¥3.500/ Rp. 400rb). Nama restonya adalah Arash's kitchen, yang mana tiap sabtu malam mulai jam 19.00 ada pertunjukan belly dance πŸ˜‚. Setelah makan malam ini kami ke Gion yang merupakan distrik geisha yang memang bagus dikunjungi saat malam hari. Di sekitar Gion ini juga ada ramen halal namanya Narita-ya, yang bersebelahan dengan resto yakiniku halal dengan nama yang sama. Sayangnya kemarin kami tidak sempat makan di sini karena waktu datang ke sana tempatnya penuh, sedangkan kami tidak bisa menunggu karena mengejar waktu sebelum tempat penitipan koper di stasiun tutup (jam 8 malam). Bicara tentang ramen halal, di Kyoto ada resto ramen halal lain yang lokasinya dekat dengan stasiun Kyoto, namanya AYAM-ya. Perlu diingat dan dicatat bahwa resto ini tutup pada hari minggu, biar nanti tidak kecewa seperti kami yang kelupaan kalau resto ini tutup padahal sudah di rencanakan untuk makan ke sana. Aku sendiri sebenarnya sudah pernah makan di sana saat ke Kyoto tahun lalu, well.. untuk rasa sih lumayan, tapi bagiku indomie tetap juara.




4. Fushimi Inari Taisha
Pernah nonton film "Memoirs of a geisha"? Ingat waktu Chiyo kecil lari-lari di gate warna orange yang jejer-jejer setelah dibelikan es krim sama bapak chairman? Yup, itu lokasinya adalah di shrine ini. Fushimi inari ini lokasinya ada di Mt. Inari yang puncaknya adalah 233 meter di atas permukaan air laut. Untuk sampai di puncak ini ada 14 level, yang katanya bisa ditempuh dalam waktu 30 menit. Waktu itu kami tidak sampai puncak bukan karena tidak kuat, tapi karena diburu waktu karena sudah booking untuk makan siang di restauran yakiniku halal jam 1-nya. Jadi tori gate berwarna orange yang jumlahnya ribuan ini merupakan donasi dari perusahaan-perusahaan di Jepang, yang mengharapkan agar bisnisnya lancar dan sukses karena shrine ini sendiri dikenal sebagai shrine kemakmuran. Kalau kalian perhatikan di tiap tori gate ini ada tulisan berbahasa Jepang, yang merupakan nama dari perusahaan yang mendonasikan tori gate tersebut. Untuk ke shrine ini lebih baik naik kereta daripada naik bus. Kenapa? karena kalau naik kereta, stasiun tempat berhenti tempatnya tepat di depan shrine, sedangkan kalau naik bus jalannya masih agak jauh dari halte. Jadi kalau mau naik kereta dari stasiun Kyoto, naiknya adalah JR Nara line yang cuma 5 menit, karena stasiun Fushimi Inari ini lokasinya hanya 2 stasiun dari stasiun Kyoto.








5. Kiyomizu-dera
Kiyomizu-dera ini adalah kuil Budha yang menjadi salah satu UNESCO world heritage site, dan masuk dalam 20 besar finalis untuk menjadi tujuh keajaiban dunia. Nama kiyomizu itu sendiri artinya adalah air yang suci, karena di dalam komplek kuil ini ada semacam sumber mata air yang memang airnya bening (apasih). Saat ini banyak orang yang minum atau sekedar mencuci tangan dengan air ini dengan harapan bisa jadi pintar, tapi karena aku muslim, pengennya wudlu aja di air pancuran itu karena waktu itu memang sudah masuk waktu sholat. Tapi untungnya aku dipegangin suami dan diseret untuk wudlu di tempat lain karena takut didatangi security nya kuil, secara kalau mau ke pancurannya itu saja ngantrinya juga cukup panjang. Ada satu hal yang cukup bikin kecewa dari kuil ini, yaitu kebetulan banget waktu kami ke sana bangunan utamanya sedang di renovasi, jadilah keindahan Kiyomizu dera yang terkenal itu tidak bisa kami nikmati saat itu. Untuk masuk ke dalam kuil ini, admission fee nya adalah ¥ 400. Lokasi dari Kiyomizu-dera sendiri sebenarnya tidak terlalu jauh dari Fushimi Inari, dengan naik bus dari stasiun Kyoto. Dari halte untuk sampai ke kuilnya harus jalan sekitar 1km, dengan jalanan yang cukup menanjak. Tapi jangan khawatir, karena di sepanjang jalan ini dipenuhi orang berjualan makanan dan oleh-oleh, jadi perjalanan kalian tidak akan terasa sama sekali.








Oiya, sebelum ke sini kami sebelumnya makan di resto yakiniku yang menyediakan daging halal namanya "Nanzan-honten", yang lokasinya adalah di seberang Notre-dame University. FYI, di sini kalau mau pesan menu halal sebaiknya telp dulu di hari sebelumnya agar mereka bisa menyiapkan. Harganya agak mahal memang, kami waktu itu makan berdua habis kurang lebih ¥ 10.000 (Rp. 1,1jt).






Jadi itu adalah cerita perjalanan kami selama di Kyoto kemarin. Sebagai saran, kalau mau ke Kyoto sebaiknya waktunya cukup lama biar lebih puas dan tidak diburu-buru waktu. Kata seorang teman yang memang tinggal di Kyoto, sebenarnya highlight tempat wisata di Kyoto itu ada 4, yaitu Kinkaku-ji, Fushimi Inari taisha, Kiyomizu-dera, dan Arashiyama. Untuk arashiyama ini aku sempat datang ke sana tahun lalu, tapi di kesempatan kali ini tidak bisa ke sana karena waktu yang terbatas (dan karena suami tidak tertarik dengan alasan, ngapain jauh-jauh ke Jepang malah lihat hutan bambu πŸ˜…). Padahal arashiyama ini bagus loh, karena bambu di Jepang beda sama bambu di Indonesia, ada yang tau ngga beda nya apa? kalau ngga tau bisa di googling, hitung-hitung nambah wawasan tentang jenis-jenis bambu di dunia πŸ˜‚.

Cukup sekian, blog selanjutnya mungkin akan tentang perjalanan jalan-jalan ke Shirakawago-Takayama-Toyama, atau mungkin tentang kehidupan kuliah di Jepang. γ˜γ‚ƒ、またね。。
Makasih untuk yang sudah mampir..






Wednesday, February 15, 2017

Serba-Serbi Hidup di Jepang

Postingan ini dibuat karena request dari seorang teman, berdasarkan pengalaman gue selama 1,5 tahun tinggal di Jepang. Here we go..

1. Biaya kuliah di Jepang
Jadi, biaya ujian masuk dan tuition fee (SPP) di universitas-universitas negeri di seluruh Jepang itu sama. Untuk biaya ujian masuk S1 adalah sebesar ¥ 17.000 (sekitar Rp. 2jt), sedangkan untuk S2 dan S3 adalah sebesar ¥ 30.000 (Rp. 3,6jt). Untuk biaya SPP, kalau di Indonesia biasanya yang paling mahal adalah untuk jurusan kedokteran, tapi kalau di Jepang, biaya SPP paling mahal adalah untuk sekolah hukum. Untuk biaya SPP S1/S2/S3 biasa adalah sebesar ¥ 535.800/tahun (sekitar Rp. 64jt), sedangkan untuk sekolah hukum SPPnya adalah sebesar ¥ 804.000/tahun (sekitar Rp. 96jt). Selain biaya-biaya tersebut di atas, ada juga biaya yang disebut admission fee, yang mana biaya ini hanya dibayarkan sekali saja pada saat pertama kali mau masuk. Biaya admission fee ini jumlahnya sama mulai dari S1-S3 maupun untuk sekolah hukum, yaitu sebesar ¥ 282.000 (sekitar Rp. 34jt). Tapi  karena gue dapat beasiswa dari pemerintah Jepang, selama ini gue ngga pernah ngurusin masalah SPP atau biaya-biaya lainnya sama sekali, karena pihak pemberi beasiswa langsung membayarkan SPP ke universitas. Beda semisal beasiswanya dari pemerintah Indonesia, biasanya uang SPP atau lain-lainnya akan ditransfer ke rekening pribadi penerima beasiswa, kemudian penerima beasiswa membayarkan sendiri SPP-nya ke Universitas.

2. Biaya hidup di Jepang
Banyak yang bilang bahwa hidup di Jepang itu mahal. Tapi semisal kita mau berhemat, jumlah beasiswa yang didapatkan entah itu dari pemerintah Jepang atau pemerintah Indonesia pasti masih berlebih. 
     a. Apartemen, listrik, air, dan gas. 
Biaya ini bervariasi tergantung lokasi dan jenis apartemennya (single atau family). Untuk apartemen single di Kanazawa harganya berkisar antara ¥ 30-40rb, sedangkan apartemen family biasanya lebih mahal berkisar antara ¥ 45-60rb. Untuk apartemen gue yang berukuran single dan lokasinya cukup strategis walaupun agak jauh dari pusat kota, harganya adalah ¥ 37.500 yang mana harga ini udah termasuk pemakaian air sepuasnya. Gas yang dipakai di Jepang ada dua macam, yaitu gas propan dan gas kota (toshi), yang mana harga gas propan seringkali lebih mahal dibandingkan dengan gas toshi. Gas ini digunakan untuk pemanas air dan juga untuk memasak bagi yang masaknya dengan kompor gas. Untuk apartemen gue yang gas nya adalah gas toshi, untuk musim panas biasanya habis sekitar ¥1.500, dan kalau musim dingin habisnya jadi sekitar ¥3.500. Jangan tanya untuk propan, dengan pemakaian yang sama kayak gue, bayarnya mungkin bisa jadi sampai dua kali lipat. Nah untuk listrik, selama musim panas gue biasanya habis sekitar ¥ 2.500, sedangkan pas musim dingin habisnya bisa sampai ¥ 6.500 (karena pemanas ruangan hampir selalu nyala sepanjang malam).
     b. Asuransi kesehatan
Asuransi kesehatan di Jepang bisa mengcover 70 % dari total biaya yang seharusnya kita bayarkan setelah berobat. Bagi tiap orang, besarnya biaya asuransi beragam tergantung dari jumlah penghasilan. Untuk mahasiswa penerima beasiswa, kami dianggap tidak berpenghasilan sama sekali, sehingga asuransi pun jadi murah. Contohnya gue yang biaya asuransi per bulannya cuma sebesar ¥ 1.600. Bagi yang mempunyai keluarga di sini, biasanya asuransi dibayarkan langsung untuk satu keluarga sehingga bisa lebih murah dibandingkan kalau bayar sendiri-sendiri. Ada seorang teman yang dia di sini dengan suami, bayar asuransi untuk berdua adalah sebesar ¥ 2.800. Nah sedangkan untuk orang-orang asli Jepang yang memang mereka bekerja, mereka bayar asuransi nya bisa sampai ¥ 6.000 per bulan nya. Mahal..
     c. Telpon
Untuk sistem kontak telp di sini beda banget dengan di Indonesia yang bisa sesuka hati ganti nomer telp hanya dengan beli sim card harga 10rb an. Di Jepang, ada 3 provider besar yang paling laris di pasaran, yaitu AU, Docomo, sama Softbank. Karena gue di sini pakainya AU, di sini gue mau cerita sedikit terkait kontrak telp di provider AU. Jadi di sini untuk pemakaian telp ada dengan sistem kontrak (2 tahun), dan kalau mau putus kontrak sebelum masa kontrak habis biasanya kena denda kurang lebih sebesar ¥12.000. Dulu waktu gue pertama kali tiba di Jepang, waktu itu sedang ada promo dari AU untuk bisa dapat HP Iphone 6 baru GRATIS. Karena waktu itu HPnya gratis, gue bayar per bulannya hanya untuk biaya internet (7GB) dan telp sebesar ¥ 5.000 (+ ¥ 500 untuk apple care). Tapi di bulan November kemarin, gue upgrade kontrak dan ganti HP jadi Iphone 7+. Karena yang kali ini HPnya ngga gratis, jadi gue harus membayar untuk HPnya dengan metode dicicil sampai masa kontrak habis (2 tahun). Karena itulah sekarang tagihan telp per bulan gue jadi ¥ 8.500 yang di dalamnya udah include biaya untuk nyicil HPnya juga. 
     d. Makan
Sebagai orang muslim yang tinggal di negara non-muslim, kita harus lebih berhati-hati terkait semisal mau beli makan di luar. Selain karena orang Jepang biasa memakan pork, mereka juga sangat sering memasak dengan mencampurkan sake dan mirin (sake manis) ke dalam masakannya. Memasak sendiri memang menghabiskan waktu, tapi selain lebih aman, memasak sendiri juga bisa lebih menghemat biaya pengeluaran. Oiya, di sini banyak toko online yang menjual daging ayam, kambing, dan sapi halal, serta berbagai bumbu-bumbu dari Indonesia, jadi kalau ke supermarket di sini biasanya gue belinya cuma seafood, sayur, dan buah-buahan. Tempat gue biasanya belanja online yaitu di www.baticrom.com (COD) atau di toko-indonesia.org (transfer). Untuk biaya masak dan makan per bulan biasanya gue habis kurang lebih sekitar ¥20.000.

Nah itu adalah daftar pengeluaran primer yang harus dibayarkan per bulannya. Untuk pengeluaran sekunder seperti shopping dan jalan-jalan itu udah tergantung masing-masing individunya ya..

3. Part-time job (arubaito) di Jepang
Bagi kalian yang berencana pengen kuliah sambil kerja part-time, disarankan untuk bisa berkomunikasi dengan bahasa Jepang minimal untuk daily conversation, karena kalau kalian menguasai bahasa Jepang, pilihan part-time pun bisa lebih banyak dan bervariasi. Tapi bagi kalian yang tidak menguasai bahasa Jepang, jangan khawatir, kalian juga tetap bisa bekerja part-time kok.  Pilihan tempat part-time job bisa di restauran, kantin kampus, laundry, hotel, dan juga bisa dengan nganterin koran. Untuk bayaran dari kerja part-time ini dihitung per jam kerja, yang nominalnya beragam mulai dari ¥ 800 hingga ¥ 1.400 per jam.

4. Musim-musim di Jepang
Mungkin kalian semua udah pada tau kalau Jepang adalah negara sub-tropis dengan 4 musim. Dan asal kalian tau, musim-musim di Jepang punya keindahan dan pesona nya masing-masing. Di mulai dengan musim gugur (aki), Jepang terkenal dengan daun-daun momiji nya yang akan berubah warna jadi merah saat musim gugur. Ngga cuma momiji, daun-daun maple juga semua akan berubah warna jadi merah atau orange, cantik banget pokoknya, tapi sayangnya puncak keindahan musim ini hanya bertahan sekitar 1 bulan, dan setelah itu daun-daunnya akan mulai rontok. Setelah musim gugur, tibalah musim dingin (fuyu) yang identik dengan salju. Gue ini kebetulan beruntung banget tinggal di Kanazawa yang daerahnya memang bersalju saat musim dingin tiba. Jangan kira semua daerah Jepang saljunya bakalan sama tebalnya saat musim dingin. Tokyo yang merupakan ibu kota Jepang juga jarang banget turun salju, dan hampir ngga pernah yang saljunya sampai numpuk tebal di tanah. Kalau kalian pengen ke tempat yang musim dinginnya lama dan saljunya sangat tebal, datang aja ke Hokkaido, di sana bahkan saat bulan Februari selalu di adakan snow festival terbesar di Jepang. Setelah cuaca mulai menghangat, datanglah musim semi (haru). Musim ini memang paling identik dengan bunga sakura (cherry blossom), yang mana full bloom sakura ini biasanya cuma 2 minggu saja (akhir maret hingga pertengahan April). Jadi urut-urutan bunga yang mekar di musim semi itu gini: bunga plum (ume), sakura, tulip dan canola, azalea, dan ditutup dengan hydrangea (yang merupakan bunga pertanda musim panas akan segera datang). Lalu untuk musim panas (natsu), sebenarnya dari segi keindahan alam menurut gue ngga ada yang istimewa, tapi di musim panas ini banyak sekali di adakan berbagai jenis festival. Untuk terkait festival-festival di Jepang bisa dibaca di point 5.


















5. Festival-festival di Jepang
Di sini gue ngga akan nge-list semua festival (matsuri) yang ada di Jepang, karena jumlahnya yang banyak banyak banyak banget. Gue mungkin cuma nyebutin festival-festival besarnya saja, antara lain Gion matsuri (Kyoto), Kanda matsuri (Tokyo), Yuki matsuri (Sapporo), Awa odori (Tokushima), dan Tenjin matsuri (Osaka). Sebagian besar festival di Jepang biasanya diadakan pada saat musim panas (kecuali yuki matsuri), yang mana pada saat musim panas ini juga ada satu festival yang paling gue tunggu, yaitu hanabi matsuri (fireworks festival). Di fireworks festival ini biasanya orang-orang akan pergi dengan memakai setelan yukata (kimono musim panas), yang mana waktu pertama gue lihat dulu gue takjub ngelihat orang sebanyak itu pakai yukata. Di Jepang, jangan harap ada yang nyalain kembang api waktu malam tahun baru. Selain karena alasan winter, pada saat malam tahun baru orang-orang Jepang akan pergi ke kuil untuk berdoa.  




Itu adalah garis besar tentang kehidupan di Jepang. Kalau mau tau lebih detail, yuk datang dan kuliah di sini.. ;)