Wednesday, February 15, 2017

Serba-Serbi Hidup di Jepang

Postingan ini dibuat karena request dari seorang teman, berdasarkan pengalaman gue selama 1,5 tahun tinggal di Jepang. Here we go..

1. Biaya kuliah di Jepang
Jadi, biaya ujian masuk dan tuition fee (SPP) di universitas-universitas negeri di seluruh Jepang itu sama. Untuk biaya ujian masuk S1 adalah sebesar ¥ 17.000 (sekitar Rp. 2jt), sedangkan untuk S2 dan S3 adalah sebesar ¥ 30.000 (Rp. 3,6jt). Untuk biaya SPP, kalau di Indonesia biasanya yang paling mahal adalah untuk jurusan kedokteran, tapi kalau di Jepang, biaya SPP paling mahal adalah untuk sekolah hukum. Untuk biaya SPP S1/S2/S3 biasa adalah sebesar ¥ 535.800/tahun (sekitar Rp. 64jt), sedangkan untuk sekolah hukum SPPnya adalah sebesar ¥ 804.000/tahun (sekitar Rp. 96jt). Selain biaya-biaya tersebut di atas, ada juga biaya yang disebut admission fee, yang mana biaya ini hanya dibayarkan sekali saja pada saat pertama kali mau masuk. Biaya admission fee ini jumlahnya sama mulai dari S1-S3 maupun untuk sekolah hukum, yaitu sebesar ¥ 282.000 (sekitar Rp. 34jt). Tapi  karena gue dapat beasiswa dari pemerintah Jepang, selama ini gue ngga pernah ngurusin masalah SPP atau biaya-biaya lainnya sama sekali, karena pihak pemberi beasiswa langsung membayarkan SPP ke universitas. Beda semisal beasiswanya dari pemerintah Indonesia, biasanya uang SPP atau lain-lainnya akan ditransfer ke rekening pribadi penerima beasiswa, kemudian penerima beasiswa membayarkan sendiri SPP-nya ke Universitas.

2. Biaya hidup di Jepang
Banyak yang bilang bahwa hidup di Jepang itu mahal. Tapi semisal kita mau berhemat, jumlah beasiswa yang didapatkan entah itu dari pemerintah Jepang atau pemerintah Indonesia pasti masih berlebih. 
     a. Apartemen, listrik, air, dan gas. 
Biaya ini bervariasi tergantung lokasi dan jenis apartemennya (single atau family). Untuk apartemen single di Kanazawa harganya berkisar antara ¥ 30-40rb, sedangkan apartemen family biasanya lebih mahal berkisar antara ¥ 45-60rb. Untuk apartemen gue yang berukuran single dan lokasinya cukup strategis walaupun agak jauh dari pusat kota, harganya adalah ¥ 37.500 yang mana harga ini udah termasuk pemakaian air sepuasnya. Gas yang dipakai di Jepang ada dua macam, yaitu gas propan dan gas kota (toshi), yang mana harga gas propan seringkali lebih mahal dibandingkan dengan gas toshi. Gas ini digunakan untuk pemanas air dan juga untuk memasak bagi yang masaknya dengan kompor gas. Untuk apartemen gue yang gas nya adalah gas toshi, untuk musim panas biasanya habis sekitar ¥1.500, dan kalau musim dingin habisnya jadi sekitar ¥3.500. Jangan tanya untuk propan, dengan pemakaian yang sama kayak gue, bayarnya mungkin bisa jadi sampai dua kali lipat. Nah untuk listrik, selama musim panas gue biasanya habis sekitar ¥ 2.500, sedangkan pas musim dingin habisnya bisa sampai ¥ 6.500 (karena pemanas ruangan hampir selalu nyala sepanjang malam).
     b. Asuransi kesehatan
Asuransi kesehatan di Jepang bisa mengcover 70 % dari total biaya yang seharusnya kita bayarkan setelah berobat. Bagi tiap orang, besarnya biaya asuransi beragam tergantung dari jumlah penghasilan. Untuk mahasiswa penerima beasiswa, kami dianggap tidak berpenghasilan sama sekali, sehingga asuransi pun jadi murah. Contohnya gue yang biaya asuransi per bulannya cuma sebesar ¥ 1.600. Bagi yang mempunyai keluarga di sini, biasanya asuransi dibayarkan langsung untuk satu keluarga sehingga bisa lebih murah dibandingkan kalau bayar sendiri-sendiri. Ada seorang teman yang dia di sini dengan suami, bayar asuransi untuk berdua adalah sebesar ¥ 2.800. Nah sedangkan untuk orang-orang asli Jepang yang memang mereka bekerja, mereka bayar asuransi nya bisa sampai ¥ 6.000 per bulan nya. Mahal..
     c. Telpon
Untuk sistem kontak telp di sini beda banget dengan di Indonesia yang bisa sesuka hati ganti nomer telp hanya dengan beli sim card harga 10rb an. Di Jepang, ada 3 provider besar yang paling laris di pasaran, yaitu AU, Docomo, sama Softbank. Karena gue di sini pakainya AU, di sini gue mau cerita sedikit terkait kontrak telp di provider AU. Jadi di sini untuk pemakaian telp ada dengan sistem kontrak (2 tahun), dan kalau mau putus kontrak sebelum masa kontrak habis biasanya kena denda kurang lebih sebesar ¥12.000. Dulu waktu gue pertama kali tiba di Jepang, waktu itu sedang ada promo dari AU untuk bisa dapat HP Iphone 6 baru GRATIS. Karena waktu itu HPnya gratis, gue bayar per bulannya hanya untuk biaya internet (7GB) dan telp sebesar ¥ 5.000 (+ ¥ 500 untuk apple care). Tapi di bulan November kemarin, gue upgrade kontrak dan ganti HP jadi Iphone 7+. Karena yang kali ini HPnya ngga gratis, jadi gue harus membayar untuk HPnya dengan metode dicicil sampai masa kontrak habis (2 tahun). Karena itulah sekarang tagihan telp per bulan gue jadi ¥ 8.500 yang di dalamnya udah include biaya untuk nyicil HPnya juga. 
     d. Makan
Sebagai orang muslim yang tinggal di negara non-muslim, kita harus lebih berhati-hati terkait semisal mau beli makan di luar. Selain karena orang Jepang biasa memakan pork, mereka juga sangat sering memasak dengan mencampurkan sake dan mirin (sake manis) ke dalam masakannya. Memasak sendiri memang menghabiskan waktu, tapi selain lebih aman, memasak sendiri juga bisa lebih menghemat biaya pengeluaran. Oiya, di sini banyak toko online yang menjual daging ayam, kambing, dan sapi halal, serta berbagai bumbu-bumbu dari Indonesia, jadi kalau ke supermarket di sini biasanya gue belinya cuma seafood, sayur, dan buah-buahan. Tempat gue biasanya belanja online yaitu di www.baticrom.com (COD) atau di toko-indonesia.org (transfer). Untuk biaya masak dan makan per bulan biasanya gue habis kurang lebih sekitar ¥20.000.

Nah itu adalah daftar pengeluaran primer yang harus dibayarkan per bulannya. Untuk pengeluaran sekunder seperti shopping dan jalan-jalan itu udah tergantung masing-masing individunya ya..

3. Part-time job (arubaito) di Jepang
Bagi kalian yang berencana pengen kuliah sambil kerja part-time, disarankan untuk bisa berkomunikasi dengan bahasa Jepang minimal untuk daily conversation, karena kalau kalian menguasai bahasa Jepang, pilihan part-time pun bisa lebih banyak dan bervariasi. Tapi bagi kalian yang tidak menguasai bahasa Jepang, jangan khawatir, kalian juga tetap bisa bekerja part-time kok.  Pilihan tempat part-time job bisa di restauran, kantin kampus, laundry, hotel, dan juga bisa dengan nganterin koran. Untuk bayaran dari kerja part-time ini dihitung per jam kerja, yang nominalnya beragam mulai dari ¥ 800 hingga ¥ 1.400 per jam.

4. Musim-musim di Jepang
Mungkin kalian semua udah pada tau kalau Jepang adalah negara sub-tropis dengan 4 musim. Dan asal kalian tau, musim-musim di Jepang punya keindahan dan pesona nya masing-masing. Di mulai dengan musim gugur (aki), Jepang terkenal dengan daun-daun momiji nya yang akan berubah warna jadi merah saat musim gugur. Ngga cuma momiji, daun-daun maple juga semua akan berubah warna jadi merah atau orange, cantik banget pokoknya, tapi sayangnya puncak keindahan musim ini hanya bertahan sekitar 1 bulan, dan setelah itu daun-daunnya akan mulai rontok. Setelah musim gugur, tibalah musim dingin (fuyu) yang identik dengan salju. Gue ini kebetulan beruntung banget tinggal di Kanazawa yang daerahnya memang bersalju saat musim dingin tiba. Jangan kira semua daerah Jepang saljunya bakalan sama tebalnya saat musim dingin. Tokyo yang merupakan ibu kota Jepang juga jarang banget turun salju, dan hampir ngga pernah yang saljunya sampai numpuk tebal di tanah. Kalau kalian pengen ke tempat yang musim dinginnya lama dan saljunya sangat tebal, datang aja ke Hokkaido, di sana bahkan saat bulan Februari selalu di adakan snow festival terbesar di Jepang. Setelah cuaca mulai menghangat, datanglah musim semi (haru). Musim ini memang paling identik dengan bunga sakura (cherry blossom), yang mana full bloom sakura ini biasanya cuma 2 minggu saja (akhir maret hingga pertengahan April). Jadi urut-urutan bunga yang mekar di musim semi itu gini: bunga plum (ume), sakura, tulip dan canola, azalea, dan ditutup dengan hydrangea (yang merupakan bunga pertanda musim panas akan segera datang). Lalu untuk musim panas (natsu), sebenarnya dari segi keindahan alam menurut gue ngga ada yang istimewa, tapi di musim panas ini banyak sekali di adakan berbagai jenis festival. Untuk terkait festival-festival di Jepang bisa dibaca di point 5.


















5. Festival-festival di Jepang
Di sini gue ngga akan nge-list semua festival (matsuri) yang ada di Jepang, karena jumlahnya yang banyak banyak banyak banget. Gue mungkin cuma nyebutin festival-festival besarnya saja, antara lain Gion matsuri (Kyoto), Kanda matsuri (Tokyo), Yuki matsuri (Sapporo), Awa odori (Tokushima), dan Tenjin matsuri (Osaka). Sebagian besar festival di Jepang biasanya diadakan pada saat musim panas (kecuali yuki matsuri), yang mana pada saat musim panas ini juga ada satu festival yang paling gue tunggu, yaitu hanabi matsuri (fireworks festival). Di fireworks festival ini biasanya orang-orang akan pergi dengan memakai setelan yukata (kimono musim panas), yang mana waktu pertama gue lihat dulu gue takjub ngelihat orang sebanyak itu pakai yukata. Di Jepang, jangan harap ada yang nyalain kembang api waktu malam tahun baru. Selain karena alasan winter, pada saat malam tahun baru orang-orang Jepang akan pergi ke kuil untuk berdoa.  




Itu adalah garis besar tentang kehidupan di Jepang. Kalau mau tau lebih detail, yuk datang dan kuliah di sini.. ;)












No comments:

Post a Comment