Holaaa.....
Di postingan pertama, gue bilang kalau pernah ke Jerman untuk student exchange. Nah waktu itu mumpung lagi di Eropa dan visa gue adalah visa schengen (visa yang membolehkan untuk masuk ke semua negara di Eropa kecuali UK), akhirnya gue nyempetin untuk melipir ke Paris. Waktu itu gue di Paris selama 4 hari 3 malam, rencana 5 hari 4 malam batal gara-gara gue ketinggalan kereta dari Frankfurt main Hbf (stasiun kereta utama di Frankfurt) menuju ke Paris. Jadi tentang drama ketinggalan kereta itu ceritanya gini..
Waktu itu gue udah ngerencanain buat jalan2 ke Paris jauh-jauh hari bareng sama salah seorang temen orang Jerman namanya Johanna. Kami udah beli tiket kereta jauh2 hari karena waktu itu bisa dapat harga lebih murah, pulang pergi Jerman - Paris cuma sekitar 85 euro (Rp. 1,2jt). Johanna ini tinggalnya di kota Kassel, satu jam perjalanan naik mobil dari kota tempat gue tinggal. Nah karena tinggal di kota berbeda, akhirnya kami sepakat langsung ketemuan di Frankfurt main Hbf. Dia ke Frankfurt naik kereta, dan gue mau naik bus karena harganya jauuhh lebih murah. Tiket kereta dari kota gue ke Frankfurt sekitar 65 euro, sedangkan kalau naik bus cuma 10 euro. Gue beli tiket busnya di jam yang diprediksikan bakal sampai di Frankfurt 1 jam sebelum kereta gue berangkat, tapi apesnya si bus entah karena apa datangnya telat hampir se jam juga. Jadilah akhirnya gue nyampe di Frankfurt 10 menit setelah kereta dan teman gue berangkat ke Paris. Panik, akhirnya gue pergi ke tempat jualan tiket kereta untuk beli tiket tercepat menuju Paris. Tapi ternyataa, kereta berikutnya yang akan berangkat ke Paris adalah besoknya jam 6 pagi, padahal waktu itu masih jam 7 malam. Karena ngga mungkin untuk balik lagi ke Gottingen, akhirnya gue mutusin untuk nginep di stasiun. Oiya, tiket kereta baru yang gue beli untuk berangkat ke Paris harganya 80 euro, hampir sama dengan harga tiket PP yang gue beli sebelumnya.
Si Johanna panik pas gue bilang mau nginep di stasiun, dan mau nyari hotel di sekitar stasiun pun ngga ngerti adanya dimana. Akhirnya dari jam 7-9 malam gue nongkrong di tempat jualan tiket (karena suhu di luar waktu itu 3 derajat). Jam 9 malam karena tempat jualan tiket mau tutup, gue pindah tempat bengong ke McD dan sekalian beli makan malam. Waktu di McD ini agak horor gara-gara ada mas-mas yang awalnya duduk di seberang gue, lama lama duduknya pindah ngedeketin gue, terus waktu dia berusaha ngajakin gue ngobrol (sekitar jam 12 malam), gue langsung berdiri beli kopi dan pindah tempat duduk. Di McD ini cuma bisa sampe jam 4 karena mereka mau tutup, terus akhirnya gue duduk-duduk di kursi di depan toko kopi dan sandwich yang masih buka. Gue sengaja nongkrong di situ karena di stasiun udah sepi, hanya beberapa orang aja yang masih mondar-mandir, kan serem. Karena ngga enak kalau cuma nongkrong aja, akhirnya gue beli kopi (lagi) sambil nungguin kereta datang. Jam 5.30 kereta yang menuju ke Paris datang, dan gue langsung masuk karena di luar udaranya dingin banget. Perjalanan dari Frankfurt menuju ke Paris memakan waktu 4 jam, dan gue yang biasanya gampang banget ketiduran, kali ini ngga bisa tidur padahal semalaman ngga tidur, mungkin gara2 kebanyakan minum kopi.
Sesampainya di Paris, temen gue udah nungguin di stasiun, udah cantik dan wangi. Gue sama si temen ini rencana nginepnya di apartemen temennya temen gue yang memang orang Paris, biar bisa menghemat biaya pengeluaran hotel. Nah, entah dulu itu gimana ceritanya, pokoknya gue ngga bisa ke apartemen untuk naruh barang bawaan sekaligus mandi dan bersih-bersih. Jadilah gue jalan-jalan keliling Paris dengan masih bawa tas baju dengan muka super jelek karena ngga mandi dan ngga tidur semalaman. Hari pertama itu gue jalan-jalan ke Arc de Triomphe dan belanja di sepanjang jalan Avenue des Champs Elysees. Selain itu gue juga pergi ke salah satu katedral paling terkenal di Paris, Notre Dame. Awalnya gue ragu masuk apa nggak, tapi karena penasaran gimana di dalam katedralnya, akhirnya gue mutusin untuk masuk ke dalam. Dan saat di dalam katedralnya, ternyata gue satu-satunya manusia berjilbab di sana 😅. Jalan-jalan sampai jam 4 sore, setelah itu baru kami pulang ke apartemen temennya temen gue. Thats it for the day one.
Lalu hari kedua kami pergi ke Musee du Louvre (ini museum yang ada di film "The Da Vinci Code" dan tempat dimana lukisan Monalisa dipamerin). Untuk masuk ke dalam museum ini tiket masuknya 12 euro, tapi gratis untuk teman gue yang orang Jerman. Kenapa? Karena museum-museum di sini itu semua tiket masuknya gratis bagi seluruh pelajar di negara European Union. Jadi kalau kalian nanti jadi mahasiswa di salah satu negara European Union, kalian juga bakalan bisa masuk ke museum-museum ini gratis. Well, Musee du Louvre itu ternyata besaar banget, mungkin untuk muterin seluruh bagian museumnya perlu waktu seharian, dan karena waktu gue terbatas gara-gara pengen cepet-cepet ke Eiffel tower, akhirnya gue cuma ngunjungin 1/3 bagian dari museum dan langsung pamitan sama mbak Monalisa.
Untuk mobile selama di Paris ini gue beli tiket kereta bawah tanah untuk 3 hari dengan harga 26 euro. Jadi kemana-mana gue naik kereta bawah tanah ini, yang selain karena harganya lebih murah, juga untuk menghindari jalanan padat di kota Paris. Waktu udah sampai di Eiffel tower dan puas foto-foto di sana, gue sama Johanna berniat pengen naik ke puncak Eiffel tower. Gue lupa biaya untuk naik ke puncak Eiffel tower dulu berapa, karena gue ngga jadi naik gara-gara antriannya yang panjang banget. Hari kedua kami cuma sampai di situ aja, dan malamnya kami keluar makan bareng. Oiya, harga makanan di Paris hampir 2x lipat harga makanan di Gottingen, Jerman. Kalau di Gottingen gue beli pizza harga 6 euro, di Paris harganya jadi sekitar 12 euro.
Lalu untuk hari ketiga, pagi-pagi kami berlima rencana mau pergi ke Catacombs, yang mana itu adalah pemakaman bawah tanah yang menyimpan kurang lebih 6 juta jenazah manusia. Catacombs ini awalnya adalah tempat penggalian tambang batu di Paris, yang kemudian dijadikan pemakaman karena semakin sempitnya lahan pemakaman di permukaan tanah. Waktu itu kami udah ngantri kurang lebih setengah jam, dan antrian tidak bergeser sedikit pun, padahal antrian di depan kami udah panjang banget. Karena itulah, kami akhirnya batal masuk ke Catacombs. Sebagai pelampiasan, gue sama Johanna akhirnya pergi ke pemakaman terbesar di Paris, dan jalan-jalan di dalam pemakaman kurang lebih selama 2 jam. Di dalam pemakaman ini banyak dikuburkan artis dan orang-orang terkanal di Paris, bahkan karena saking besarnya pemakaman ini, sampe ada peta tentang blok-blok pemakaman, dan siapa-siapa saja orang terkenal yang dimakamkan di blok tersebut. Setelah itu kami pergi ke Pont des Arts, itu loh, jembatan di atas sungai Seine yang ada banyak gemboknya. Konon katanya, kalau kalian nulis nama kalian dan pasangan di gembok, terus gemboknya dikunci di jembatan ini dan kuncinya dibuang ke sungai Seine, cinta kalian dengan pasangan akan abadi selamanyaaa (ciyeehh). Tapi gue ngga masang gembok apa-apa di sana, karena waktu itu gue lagi jomblo (curcol) 🙈. Setelah dari sana kami pergi ke Eiffel tower lagi untuk ngelihat light up nya. Kereenn bangettt. Sayang waktu itu belum jaman live instagram atau facebook 😆.
Nah untuk hari yang ke empat ini, kami pergi ke Montmartre. Kalau kalian pernah nonton Line short movie yang judulnya "Nic & Mar", kalian pasti akan tahu tempat ini. Jadi itu adalah gereja yang ada di dataran tinggi Paris, yang disekitarnya banyak seniman yang memamerkan hasil karyanya. Kalian juga bisa minta dilukis wajah kalian oleh para seniman itu, tapi ngga gratis. Untuk menuju ke Montmartre ini dibutuhkan sedikit efforts lebih, karena jalan dari stasiun terakhir menuju ke sini cukup jauh dengan jalanan yang menanjak. Tapi itu worth it banget, karena dari sini kalian bisa lihat view kota Paris kayak dari atas bukit. Kami di sini sampai menjelang sunset, terus balik ke apartment buat packing dan istirahat karena besok paginya kami harus balik ke Jerman pagi-pagi banget.
Sebenarnya selain tempat-tempat yang gue tulis di sini, gue juga pergi ke beberapa tempat lain yang mungkin kalian ngga pernah dengar karena memang ngga terlalu terkenal, misalnya Bibliotheque Francois Mitterand (cabang utama dari perpustakaan nasional Paris), Pantheon, Grand Arche of La Defense, dan beberapa tempat lain lagi yang bahkan gue udah ngga inget namanya apa. It's true that Paris is always a good idea. Paris itu memang tempat yang sangat indah untuk dikunjungi, tapi buat gue, Paris tidak nyaman untuk dijadikan tempat tinggal dalam jangka waktu lama. Gue masih bakal lebih milih untuk tinggal di Jerman atau di Jepang, dan sekali-kali aja pergi ke Paris untuk jalan-jalan (maunya). Anyway, thank you for the memories, Paris. You will always be missed.
No comments:
Post a Comment